Pakar pendidikan anak autis dan pendiri Imaculata Autism Boarding School, Dr Imaculata Sumayati, pernah menyatakan paparan BPA menjadi salah satu penyebab kenaikan anak dengan gangguan autisme di Indonesia.
Melansir Kompas.com, berdasarkan data terakhir pada 2021, jumlah anak dengan gangguan autisme di Indonesia mencapai 2,4 juta jiwa.
Pada 2021, Dr Imaculata menyebutkan, kandungan BPA sangat dekat dengan keseharian seperti sering ditemukan dalam kemasan makanan dan minuman.
BPA juga kerap menjadi bahan kemasan galon air minum dalam kemasan yang digunakan berulang kali.
Pada 2009, studi yang dipublikasikan pada Journal of Autism and Developmental Disorders menemukan hubungan antara konsumsi air dari kemasan polikarbonat yang mengandung BPA dan peningkatan risiko autisme pada anak.
Dalam penelitian tersebut ditemukan bahwa konsumsi air kemasan botol oleh ibu hamil merupakan salah satu sumber potensial paparan BPA akan meningkatkan risiko autisme pada keturunannya.
Pemimpin penelitian tersebut, Dr Bruce Lanphear dari Simon Fraser University, mengatakan perempuan dengan kadar BPA tinggi cenderung memiliki risiko tinggi melahirkan anak dengan sindrom autisme.
Paparan BPA, lanjut Dr Bruce, dapat memengaruhi hormon endokrin perempuan, seperti estrogen, androgen, dan tiroid.
Selain itu, paparan BPA yang berlebih dapat menyebabkan gangguan homeostasis metabolik pada anak, gangguan struktur dan fungsi otak, serta efek kesehatan di usia selanjutnya pada anak.
Hubungan antara BPA dan sindrom autisme pada anak juga diungkap pada riset berjudul “Prenatal exposure to Bisphenol A and autistic and ADHD-related symptoms in children aged 2 and 5 years from the Odense Child Cohort” pada 2021.
Riset tersebut menyimpulkan paparan BPA prenatal dalam konsentrasi yang rendah sudah cukup meningkatkan risiko gejala autisme.
Kemudian pada 2024, University of Melbourne mengungkapkan paparan BPA selama kehamilan dapat meningkatkan risiko autisme pada anak laki-laki.
Penelitian yang dipublikasikan di Nature Communications dari ilmuwan Florey Dr Wah Chin Boon dan Profesor Anne-Louise Ponsonby ini mendukung hipotesis kemungkinan adanya hubungan antara autisme dan paparan bahan kimia plastik di dalam rahim.
BPA, sebagai pengganggu endokrin diketahui dapat mengganggu perkembangan otak normal selama periode pertumbuhan prenatal yang kritis, yang pada akhirnya meningkatkan risiko gangguan neurodevelopmental seperti autisme.
BPA sendiri adalah senyawa kimia yang dapat meniru atau memblokir efek hormon alami dalam tubuh.
Efek paparan BPA pada autisme tidak muncul secara langsung tapi bisa terakumulasi menjadi berbahaya.
Untuk mengurangi paparan BPA, kurangi konsumsi makanan kalengan dan olahan. Hindari pemakaian wadah atau botol plastik kode daur ulang 3, 4 dan 7.
Banyaknya bukti ilmiah mengaitkan BPA dengan kondisi mental anak, orangtua perlu awas dan berhati-hati memilih produk yang digunakan sehari-hari.
Pilih produk plastik yang bebas BPA untuk melindungi kesehatan anak dalam jangka panjang, seperti Cleo Air Murni.
Cleo Air Murni sudah mendapat sertifikat BPA Free sejak 20 tahun lalu.
Cleo Air Murni dihasilkan dari sumber air alami yang disaring menggunakan teknologi dengan nanofilter hingga 0,0001 micron sehingga bebas dari mineral anorganik yang tidak diperlukan oleh tubuh.
Cleo juga sudah aman dari BROMAT.
Tinggalkan komentar