Mengonsumsi air minum bening bagi banyak orang mungkin terasa sama saja. Padahal, di dalamnya terdapat berbagai kandungan yang bisa berbeda antara satu dengan lainnya. Salah satu perbedaan antara air mineral dan air demineral, yang kandungan di dalamnya juga berbeda.
Ada jenis air minum yang mengandung mineral, ada pula yang tidak atau disebut air demineral. Lalu, apa perbedaan di antara keduanya?
Pengertian Air Mineral & Air Demineral
Sebelum membahas mengenai kandungan serta mana yang lebih baik di antara kedua jenis air minum tersebut, kita perlu mengetahui definisi masing-masing. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, simak penjelasan lengkapnya di bawah ini.
Apa Itu Air Mineral?
Mendengar air mineral kamu tentu sudah tidak asing lagi. Sebab, banyak merek air minum yang mengklaim memiliki kandungan mineral di dalamnya. Melansir dari Medical News Today, air mineral merupakan air yang berasal dari reservoir bawah tanah sehingga kandungan mineralnya lebih tinggi daripada air ledeng atau air keran.
Menurut Food and Drug Administration (FDA), air mineral tersebut setidaknya harus mengandung 250 parts per million total dissolved solids atau zat padatan terlarut. Itulah mengapa FDA melarang produsen air minum menambahkan mineral ke dalam produk air mineral. Biasanya, kandungan yang sering terdapat dalam air mineral tersebut adalah kalsium, magnesium, sodium, bikarbonat, besi, dan seng.
Lalu, Bagaimana dengan Air Demineral?
Setelah mengetahui apa itu air mineral, lalu apa perbedaannya dengan air demineral? Kalau air mineral mengandung mineral di dalamnya, air demineral justru sebaliknya. Air demineral telah menjalani pengolahan untuk menghilangkan sebagian besar kandungan mineralnya dengan metode tertentu.
Metode umum yang di gunakan untuk demineralisasi air adalah distilasi, reverse osmosis (RO), dan deionisasi. Distilasi adalah penyulingan dengan cara di rebus sampai menguap, kemudian di tangkap, di kumpulkan, dan di biarkan dingin sampai terbentuk cairan kembali.
Reverse osmosis adalah filtrasi membran dan hiperfiltrasi yang mengalirkan air dari area konsentrasi zat terlarut yang rendah ke area zat terlarut tinggi sampai mencapai keseimbangan. Sedangkan deionisasi merupakan proses mengalirkan air melaui dua resin khusus yang bermuatan berbeda.
Air yang telah mengalami proses deminerilasasi sering juga disebut dengan air murni. Proses demineralisasi itu bisa menghilangkan bakteri, virus, dan polutan lainnya sehingga bisa lebih aman untuk tubuh. Adapun kebutuhan mineral bisa diatasi dengan konsumsi makanan yang mengandung mineral dan mengonsumsi suplemen.
Apa Perbedaan Antara Keduanya?
Dari uraian di atas, dapat kita ketahui perbedaan yang utama adalah kandungan di dalamnya. Air mineral mengandung zat-zat padatan terlarut seperti kalsium, magnesium, sodium, bikarbonat, besi, dan seng. Sementara air demineral sudah melalui proses sterilisasi sehingga mengandung sangat sedikit zat padatan terlarut.
Selain itu, air mineral di ambil tanpa melalui banyak proses penyaringan. Berbeda dengan air mineral yang harus melewati berbagai proses penyaringan untuk menghilangkan kandungan zat kimia di dalamnya.
Mana yang Baik untuk Tubuh Kita?
Antara air mineral maupun air demineral bisa untuk dikonsumsi. Namun, menurut Dr Charles Mayo dari Mayo Clinic, mineral anorganik dalam larutan merupakan penyebab dari berbagai penyakit. Sebab, mineral anorganik tersebut bisa keluar dari dinding usus dan masuk ke dalam sistem limfatik yang bisa didistribusikan ke seluruh tubuh melalui darah.
Tubuh manusia pun bisa mendapatkan mineral organik dari sayur, daging, maupun buah. Sedangkan mineral dalam air biasa bisa mengandung mineral anorganik yang tidak di butuhkan tubuh.
Maka dari itu, mengonsumsi air demineral yang mengandung sedikit mineral akan baik untuk kesehatan. Mengonsumsi air tanpa kandungan mineral juga tidak berdampak pada kesehatan menurut dr. Allan E. Bani dalam buku Your Water and Your Health. Justru, konsumsi air demineral tidak akan menambah kadar mineral anorganik yang bisa membahayakan tubuh.
Itulah perbedaan di antara kedua jenis air yang perlu kamu ketahui. Jadi, mana yang menurutmu paling aman untuk dikonsumsi?
Tinggalkan komentar